Sistem Distribusi Tenaga
Listrik
Sistem
distribusi ialah jaringan listrik antara pusat pembangkit
sampai dengan pusat pemakaian (kWh pelanggan). Tegangan yang dibangkitkan oleh
generator biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV tergantung dari pabrik
pembuat. Untuk mencegah kerugian daya yang besar pada waktu mengirim tenaga
listrik dari pembangkit melalui jaringan transmisi ke pusat-pusat beban yang
letaknya sangat jauh dari pembangkit maka sebelum ditransmisikan, tegangan ini
dinaikkan terlebih dahulu menjadi 70 kV sampai 500 kV.
Transmisi
adalah bagian yang menyalurkan energi listrik dari pusat
listrik ke pusat beban yang diterima oleh Gardu Induk (GI). Untuk jarak yang
sedang digunakan tegangan transmisi 70 kV. Untuk jarak yang jauh digunakan
tegangan transmisi 150 kV sedangkan untuk jarak yang sangat jauh digunakan
tegangan transmisi sampai 500 kV.
Sistem
distribusi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu :
- Sistem
Jaringan Distribusi Primer disebut Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
- Sistem
Jaringan Distribusi Sekunder disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Distribusi
primer disebut juga tegangan menengah, yaitu jaringan yang menghubungkan gardu
induk dengan gardu distribusi yang biasanya menggunakan tegangan distribusi 6
kV, 7 kV, 12 kV, 20 kV. Jaringan Distribusi Primer atau JTM merupakan
fasa-tiga sedangkan jaringan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah
(JTR) merupakan fasa-tunggal dan fasa-tiga dengan empat kawat. Di Indonesia umumnya
tegangan yang digunakan pada sistem distribusi jaringan tegangan rendah adalah
380/220 volt.
Sistem Distribusi Sekunder
Sistem
distribusi sekunder yang lazim disebut jaringan tegangan rendah (JTR) dimulai
dari sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan sambungan rumah (SR) pada
pelanggan yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu
distribusi ke pelanggan dengan tegangan operasi yakni tegangan rendah (400/230
Volt, 380/220 Volt).
Pada
saat ini SUTR yang menggunakan kabel telah banyak digunakan
oleh PLN untuk mengurangi gangguan yang disebabkan oleh gangguan pohon dan
gangguan lain yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Untuk kabel sambungan
rumah (SR) ke pelanggan saat ini telah digunakan twisted kabel
dengan inti penghantar ada dari material aluminium dan tembaga.
Sistem
jaringan sekunder yang baik pada saat ini harus memberikan taraf keandalan pada
jaringan tegangan rendah di daerah dengan kepadatan beban yang tinggi, dengan
menjamin bahwa energi listrik yang sampai ke pelanggan mempunyai mutu yang
baik, sehingga biayanya yang tinggi dapat dipertanggung jawabkan dan tingkat
keandalan ini dipandang perlu.
Jaringan
sekunder tegangan rendah mendapat pengisian terbanyak dari tiga atau lebih
feeder, sehingga bilamana salah satu feeder primer terganggu, sisa jaringan
sekunder akan dapat dengan mudah menampung beban dari feeder yang terganggu
itu. Sistem demikian dinamakan jaringan kedua (second contingency network).
Jaringan sekunder tegangan rendah harus didesain sedemikian rupa hingga
terdapat pembagian beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation)
yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar